Kamis, 04 Februari 2010

Osteoporosis Membayangi Anda!


PERNAHKAH Anda melihat wanita tua bertubuh bongkok? Wanita tua itu pasti menderita penyakit osteoporosis yang menyebabkan tulang punggungnya melengkung.

Osteoporosis tidak menampakkan tanda-tanda fisik yang nyata hingga terjadi keropos atau keretakan pada usia senja. Definisi penyakit osteoporosis sendiri adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

Osteoporosis terjadi ditandai dengan berkurangnya masssa dan mineral tulang, sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah. Penyebabnya, selain kurang beaktifitas fisik atau olahraga, kebiasaan buruk penderita seperti asupan alkhohol dan merokok, serta asupan kalsium yang rendah juga menjadi faktor-faktor utama pencetus osteoporosis.

Sekitar 80 persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara
dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

Sekitar satu di antara tiga wanita di dunia di atas usia 50 tahun dan satu di antara lima pria di atas 50 tahun menderita osteoporosis atau keretakan tulang. Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36 persen, sedangkan pria 20-27 persen, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6 persen, pria 38 persen.

Osteoporosis ada beberapa jenis yaitu osteoporosis postmenopausal yang terjadi karena berkurangnya estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangutan kalsium ke dalam tulang wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia 51-75 tahun, tetapi bisa juga muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Kedua, osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara proses cepatnya waktu hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia 70 tahun dan berisoko 2 kali lebih besar menyerang wanita.

Dan ketiga, osteoporosis juvenile idiopatic, merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Jenis ini terjadi pada anak-anak dan dewasa. Berusia muda yang memilki kadar dan fungsi hormaon normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memilki penyebab jelas dari rapuhnya tulang.

Gejala-gejala osteoporosis diantaranya kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang, maka tulangnya menjadi mudah kolaps atau hancur, sehingga timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.

Namun, kita bisa melakukan deteksi sejak dini dengan melakukan tes kepadatan mineral tulang. Tes ini dapat mengidentifikasikan osteoporosis, menentukan resiko fraktur tulang, juga berfungsi mengukur respon tubuh Anda terhadap terapi osteoporosis.

Orang yang berisiko menderita osteoporosis adalah bagi yang memiliki keturunan penderita osteoporosis. Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita denga karakteristik perwawakan seperti kesamaan keperawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti memiliki struktur genetik tulang yang sama.

Juga bagi Anda yang gaya hidupnya kurang baik diantaranya banyak mengkonsumsi minuman bersoda, berkafein, dan berakholhol, serta kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Minuman berkafein dan beralkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak.

Hal ini dipertegas oleh Dr Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari Creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang.

Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas). Selama ini, penanganan ganguan keroppos tulang atau osteoporosis biasa dilakukan dengan pengobatan dan pemberian kalsium. Padahal hasil penelitian terbaru menyimpulkan bahwa olahraga angkat beban bisa menjadi salah satu usaha pencegahan terjadinya osteoporosis.

Latihan beban yang cukup dan teratur diketahui tidak hanya mampu membentuk otot, melainkan juga dapat memelihara dan meningkatkan kekuatan tulang. Pengaturan makanan yang baik juga kunci pencegahan osteoporosis. Sebagai pencegahan, beberapa orang lebih suka mengkonsumsi susu kesehatan yang mengandung kalsium tinggi daripada berolahraga atau latihan beban.

Pemberian susu berkalsium tinggi seharusnya diberi sejak masa kanak-kanak. Sebuah penelitian di Inggris menunjukkan hubungan antara minum susu dengan penurunan resiko osteoporosis di kemudian hari. Dr Nick Harvey dari MRC Epidemiology Resource Centre dan University of Southampton, mengatakan, pola dari pertumbuhan tulang di tahun pertama dari hidup kita dapat mempengaruhi secara bermakna munculnya gejala osteoporosis pertama kali di kemudian hari.

"Dalam penelitian kami, perbaikan dalam massa tulang dibandingkan dengan anak-anak lainnya berhubungan dengan meminum lebih banyak susu di masa kanak-kanak. Ini ditambah adanya faktor genetik yang membantu perbaikan untuk pertumbuhan tulang ini,” katanya.

gambar : alienview.net
sumber : okezone

Tidak ada komentar: